Perjamuan Khong Guan - Buku Kumpulan Puisi Joko Pinurbo

Sunday, February 9, 2020

Perjamuan Khong Guan - Buku Kumpulan Puisi Joko Pinurbo

Ramadhan masih beberapa bulan lagi, tapi gaung Khong Guan yang biasa didengar ketika Lebaran begitu membahana sebelum waktunya tiba. Bukan akibat tingginya permintaan akan biskuit Khong Guan yang citranya begitu melegenda. Bukan pula karena adanya sebuah inovasi dari biskuit yang gambar di kalengnya itu sering menimbulkan tanda tanya. Bukan pula karena beredarnya biskuit Khong Guan abal-abal yang kalengnya Khong Guan tapi isinya rengginang. Bukan! Bagi kalian yang senang membaca atau mengikuti berita seputar kesusastraan, mungkin sudah sangat tau bahwa bulan Januari lalu baru saja rilis sebuah buku kumpulan puisi karya Joko Pinurbo (Jokpin) yang berjudul Perjamuan Khong Guan.

Jadi gini, pada suatu sore saat saya berkunjung ke toko buku Gramedia di Bandung, niat saya awalnya hanya untuk membeli beberapa alat tulis. Namun ketika selesai berbelanja dan sedang menuju ke kasir, mata saya langsung tertuju pada display yang memajang buku berwarna merah yang ternyata adalah buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo. Arrrgh! Buku Perjamuan Khong Guan ini benar-benar membuat saya penasaran, seperti kamu! Iya kamu... :)) Bukan hanya penasaran karena sampul depannya memang mirip sekali dengan gambar keluarga Khong Guan yang ada di kaleng aslinya, namun saya juga dibuat penasaran dengan sampul belakang buku ini yang mencantumkan kata-kata yang membuat saya tertawa sekaligus bertanya-tanya pada saat yang sama. Begini tulisannya:

Mari kita buka
apa isi kaleng Khong Guan ini:
biskuit
peyek
keripik
ampiang
atau rengginang?

Simsalabim, Buka!

Isinya ternyata
ponsel
kartu ATM
tiket

voucer
obat
jimat
dan kepingan-kepingan rindu
yang sudah membatu.

Sudah. Hanya ada kata-kata itu saja yang menggambarkan buku ini pada bagian sampul belakangnya. Singkat namun mengena, terutama pada bagian 'kepingan-kepingan rindu yang sudah membatu'. JLEB! Kemudian batin saya bertanya-tanya: "Apa sih isi buku kumpulan puisi ini?", "Apakah isinya hanya membahas tetang cinta?", "Ataukah isinya penuh dengan pembahasan tentang kaleng Khong Guan saja?". Tanpa banyak mencari tau di google, saya langsung bergegas ke kasir untuk membayar semua belanjaan saya termasuk buku tersebut dan bergegas pulang ke rumah untuk membacanya.

Sesampainya di rumah, saya langsung membuka segel buku kemudian membaca 'Kaleng' demi 'Kaleng'. "Hah? Kaleng memangnya bisa dibaca, Nol?" Bisa! 'Kaleng' adalah istilah yang digunakan oleh Joko Pinurbo untuk menyebut tiap bab dalam buku ini. Sebagai informasi, buku ini terdiri dari 4 Kaleng dimana tiap Kaleng memiliki berbagai topik berbeda -persis seperti isi Kaleng Khong Guan yang biskuitnya ada bermacam-macamdan isinya bukan hanya tentang cinta! Ada puisi bertema tentang keluarga, tentang agama, tentang negara, tentang patah hati, tentang dunia maya, dan berbagai tema lainnya yang menurut saya jika kita telaah baik-baik sebenarnya terdapat pesan moral yang bisa kita petik pada puisi-puisi yang ada di buku ini. Selalu terjadi setiap sedang membaca buku kumpulan puisi, tiba-tiba jadi pengen nulis puisi aja gitu padahal mah nggak bisa. Hahaha...

Seperti yang pernah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya bahwa saya sebenarnya bukan seorang yang sangat paham dengan puisi dan bukan pula seorang yang pandai membuat puisi. Tapi kalau boleh saya memberikan pendapat tentang buku ini, bagi saya diksi-diksi yang disampaikan dalam Perjamuan Khong Guan tersampaikan dengan sederhana namun begitu mengena, sehingga membuat saya lebih mudah mencerna makna yang ingin disampaikan. Bahkan membaca buku ini terasa fun karena pada beberapa bagian diselipkan kalimat jenaka dan tema-tema yang diangkat pun kebanyakan adalah tentang berbagai fenomena yang kita temui dalam keseharian. Sekalinya ada puisi yang membahas tentang hal serius, Joko Pinurbo merangkainya dalam diksi yang terasa ringan tapi tetap bermakna dalam, jenius! Secara emosional, buku ini juga sukses membangkitkan kenangan. Well, siapa sih yang nggak punya kenangan dengan kaleng Khong Guan - Biskuit Lebaran? Baru liat sampul buku ini saja, pikiran saya jadi teringat kembali dengan momen Lebaran di rumah Kakek & Nenek jaman saya kecil dulu, dimana selalu ada kaleng Khong Guan yang isinya rengginang. Singkat kata, saya menikmati membaca buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan ini.

Jujur -seperti yang kalian tau kalau saya ini orangnya sangat jujur- saya ini sebenarnya juga bukan orang yang sangat mengikuti per-puisi-an di Indonesia terlebih mengikuti karya Joko Pinurbo. Tapi karena saya baik -seperti yang kalian tau saya ini orangnya baik banget- saya mau kasih tau ke kalian bahwa Joko Pinurbo atau Jokpin ini telah menerbitkan belasan buku puisi dan telah menerima berbagai penghargaan di bidang sastra. Bahkan dari yang saya baca dari lifestyle.bisnis.com Jokpin mengatakan bahwa riset dan proses pembuatan buku Perjamuan Khong Guan membutuhkan waktu selama 3 tahun sejak 2017 sampai dengan 2020. Kalau saya sih udah resign lebih dari 3 kali kayanya kalo harus nunggu 3 tahun gitu. Hahaha... Inilah buktinya bahwa untuk membuat sebuah karya tuh dibutuhkan ketekunan guys! Salut!

Nah, setelah saya membaca buku ini sampai selesai, barulah saya tau bahwa tulisan di sampul belakang buku ini ternyata adalah salah satu puisi di Kaleng Empat yang berjudul 'Bingkisan Khong Guan' dan pada Kaleng Empat ini kamu akan benar-benar 'menikmati' Perjamuan Khong Guan -yang sesungguhnya- loh! Kenapa? Karena pada Kaleng Empat kamu akan menemukan tiap puisi yang memiliki keterkaitan dengan 'Khong Guan' namun membahas beragam sudut pandang. Bahkan ada salah satu puisi yang berjudul 'Doa Khong Guan'. Penasaran kan? ;)

"Puisi kesukaan Nola yang mana?" Hmmm agak susah sih kalo harus milih salah satu, soalnya nggak tau kenapa saya suka hampir semuanya. Mungkin karena pakai rok mini jadi alasan, canda! Mungkin karena saya sadar diri kalau saya nggak bisa bikin. Hihi... Tapi ada petikan bait dari puisi yang berjudul 'Kopi Tubruk' yang sangat saya suka, yaitu:

Dilarang ngopi sambil bersedih. (bait 1)

Di cangkir cantik ini
kubunuh dan kuhabiskan
kau, kesedihan
sambil kuingat sebuah firman:
"Pahit sehari cukuplah buat sehari." (bait 4)

Menurut saya buku ini cocok banget buat kamu yang butuh bacaan ringan namun bermakna -disela-sela beratnya menjalani kehidupan- untuk teman duduk di waktu senggang -karena nggak punya teman duduk lain selain buku- saat kamu memiliki waktu luang. Kalau mau beli bukunya, kamu tinggal cari aja di Gramedia. Tersedia versi cetak dan digital ceunah, jangan beli bajakan ya!

Well, segini aja dulu postingan review buku -yang nggak terlalu review-review amat- kali ini. Hope ya'll enjoy it!

Love,
Nola.

---

BUKU KUMPULAN PUISI PERJAMUAN KHONG GUAN - IN SUMMARY

Judul buku: Perjamuan Khong Guan
Penulis: Joko Pinurbo
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit cetakan pertama: Januari 2020
ISBN: 978-602-06-5758-7
Desain sampul: Sukutangan
Penyelia Naskah: Mirna Yulistianti
Jumlah halaman: 130 halaman
Harga: Rp 68.000,-

2 comments:

  1. Aku juga ga kenal Jokpin. Tp ngeliat cover dan judulnya jadi penasaran baca. Apalagi konsep khong guan di dalemnya, kaleng dll, keren bgt.

    ReplyDelete