“Di
tengah gurun yang tertebak, jadilah salju abadi. Embun pagi tak akan kalahkan
dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan
kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar
bergerak dua inci.
Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani
beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.”
- Dee, Filosofi Kopi : Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade.
Kalau
kamu suka baca, mungkin kamu pernah baca kalimat di atas. Iya, kalimat tersebut
saya kutip dari buku berjudul 'Filosofi Kopi' hasil karya dari Dewi Lestari
[Dee]. Awalnya, saya pikir buku ini adalah sebuah novel atau kumpulan cerita
tentang kopi, tapi ternyata kopi hanya jadi salah satu cerita di kumpulan
cerita dan prosa ini. Yah jujur
aja, -seperti-yang-kalian-semua-tau-bahwa-saya-ini-orangnya-jujur- jujur
saya jarang baca buku lain selain buku pelajaran, selain karena saya hanya punya sedikit waktu untuk duduk
santai, seringnya saya baca buku lebih karena dapet referensi dari sahabat
saya. Dan jujur juga saya jarang beli buku, bahkan buku berjudul 'Filosofi
Kopi' ini pun saya baca karena saya dipinjemin bukunya sama temen. Hahaha..
parah ya? Iya.
Ummm,
semenjak saya bikin blog ini saya memang belom pernah review buku, dan untuk
itu kali ini saya nggak akan review bukunya. Hahahaha.. Yang akan saya bahas di
postingan kali ini justru adalah isi salah satu bagian dari buku Filosopi Kopi yaitu kutipan di atas dan isi dari perasaan saya. Iya, kali ini saya ingin membahas tentang menjadi berbeda.
Pernah
ngerasa nggak sih kalo diri kamu itu berbeda dari yang lain, berbeda karena kamu
nggak seperti yang orang bilang dengan istilah 'seharusnya'? Pernah?
Saya
sering.
Well,
sejatinya di dunia ini memang nggak pernah ada yang benar-benar sama juga nggak
pernah ada yang benar-benar berbeda. Yang saya ketahui, ada tiga hal yang
menyebabkan seseorang menjadi berbeda:
1. Keadaan
Keadaan yang pertama ini adalah keadaan yang terjadi tanpa kamu minta bahkan
keadaan ini tak pernah sedikitpun terlintas di benak kamu untuk kamu jalani.
Sebut saja keadaan ini dengan istilah 'peta takdir Tuhan'. Keadaan ini, sejauh
yang saya alami, seringkali memicu amarah sekaligus memancing berbagai variasi
pertanyaan berawalan 'kenapa'.
"Kenapa saya mesti mengalami keadaan ini?"
"Kenapa
mereka memandang saya sebelah mata padahal saya sudah berusaha menjalaninya
dengan sebaik mungkin?"
"Kenapa ketika saya merasa bahwa saya sudah tidak
sanggup, tapi berbagai ujian malah terus berdatangan dan beban kian bertambah?"
"Kenapa rasanya semua ini tidak adil bagi saya?"
"Kenapa rasanya semua ini tidak adil bagi saya?"
"Kenapa begini?"
"Kenapa begitu?"
"K.E.N.A.P.A?"
Keadaan yang pertama ini tak akan pernah bisa
membuatmu berlari untuk menghindar, karena keadaan ini akan mengikatmu dengan simpul mati.
Keadaan ini akan membuat kamu sesekali tertawa sampai mampus lalu kemudian membuat kamu menangis dan meronta karena begitu terluka. Keadaan ini
semacam jebakan tanpa jalan keluar, kecuali kamu berani dan tegar untuk
menghadapinya maka kamu akan bisa keluar dari keadaan busuk ini.
2. Keadaan
Keadaan yang kedua ini adalah keadaan yang kamu pilih untuk kamu jalani.
Keadaan yang kedua ini bisa jadi adalah sebuah jembatan bagi kamu dalam
menghadapi keadaan yang pertama tadi. Keadaan ini bisa jauh lebih menyakitkan
karena menuntut komitmen kamu untuk menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai,
menyakitkan karena kamu harus melupakan luka tapi tetap membawa perih,
menyakitkan karena kamu akan menjadi jauh dengan beberapa hal menyenangkan yang
membuat kamu iri setengah mati, menyakitkan karena kadang kamu juga akan
mendapatkan cibiran dari mereka yang tak tahu apa tujuan akhir dari apa yang
kita sebut dengan 'pilihan'.
Bagaimanapun, keadaan yang kedua ini akan
mengajarkan kamu untuk lebih berani memilih kemudian mendewasa dengan sukarela
lewat sebuah luka.
3. Persatuan
Indonesia
Ini mulai gila! Hahaha..
Kalau
kita kenal baik, kamu akan tau betapa saya berbeda dengan apa yang sering kamu
lihat. Kalau kita kenal baik, kamu akan tau betapa saya berbeda
dengan kebanyakan orang yang kamu kenal. Kalau kita kenal baik, kamu
akan tau apa penyebab saya sering menangis, dan kamu akan tau apa penyebab saya
marah, berteriak lantang dan kadang sampai memberontak. Sebenarnya ke'beda'an
saya bukan hanya saya yang mengalami, banyak juga yang seperti saya. Tapi ini
antara saya dan kamu. Kita mungkin kenal, tapi kita tidak benar-benar saling
mengenal. Hehe..
Jadi,
memang hanya keadaan dan keadaan lah yang akan membuat seseorang menjadi
berbeda. Tapi, seperti yang Dee bilang, jangan takut untuk menjadi beda. Memang
berat, memang lelah, dan memang sering kali terasa menyakitkan. Tapi jika kamu berhasil
melaluinya, ke'beda'an kamu dengan orang lain yang ada di sekitar kamu, akan
menuntunmu menjadi sosok yang menginspirasi, bahkan kamu mungkin menjadi sosok
tak terlupakan yang menyebabkan kepergianmu tidak akan menjadikan kamu
benar-benar pergi dari hati dan pikiran mereka, dan keberadaan kamu akan menjadi momen termanis di tengah orang-orang yang pernah ada di sekitarmu. Mungkin kamu bukan
orang terbaik yang pernah hidup di muka bumi ini, tapi jika kamu selalu
berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik [meski kamu melakukannya untuk orang yang berperangai buruk dan sangat jahat kepadamu], kamu tidak perlu khawatir
karena kebaikan itu akan kembali kepada kamu, suatu saat nanti, di tempat yang
tak akan pernah kamu duga.
Demikian
dari saya yang tumben kali ini hanya sedang ingin sedikit sekali bercanda..
Sekali lagi saya tekankan : "Minum yakult di kandang kuda.. Jangan takut dan beranilah meski kamu berbeda!"
Terimakasih atas perhatiannya..
Daaaaah..